Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

Hilang

Jummat malam 19.09 Entah apa yang akan terjadi kedepannya. Akankah tetap seperti ini Hanya seorang penikmat drama turgi yang tetap enggan melepas makeup, demi eksistensi diri. Demi pengakuan, demi...rasa untuk hidup itu ada.  Semua menjadi semu, penuh kebohongan yang telah diperbuat. Topeng yang selalu dipoles dengan dempul bernama senyuman. Topeng yang selalu menebarkan senyum... dan topeng yang terus menebal sampai menghilangkan wujud aslinya sendiri. Dia hanya ingin ada di dunia ini. Dia hanya ingin hadir diantara setiap drama yang dipentaskan. Dia hanya ingin melepas segala atributnya.  Dia hanya ingin sendiri.. dan menikmati hidup tanpa harus membawa beban bernama kepalsuan. Setiap pentas yang menjadikan dirinya pemeran utama, selalu dilakoni dengan sepenuh jiwa tanpa hati, tanpa perasaan. Menghilang hanya itu yang ingin sekali dilakukannya... tetapi pentas selalu menyeretnya balik untuk menjadi pemeran utama.... yang tidak diper

Pendhalungan, sebuah rekayasa budaya

Sebuah daerah memiliki berbagai macam budaya dan identitas masing-masing yang ditonjolkan untuk mengenalkan potensi daerah. Budaya yang ditunjukan bermuara pada proses pengenalan secara sadar dan mempengaruhi kesadaran masyarakat untuk membentuk konsensus bersama akan sebuah identitas kedaerahan. Daerah yang terkenal dengan alkulturasi budaya sangat kuat yaitu percampuran budaya antara Madura dan Jawa yang membentuk sebuah budaya baru. Kabupaten Jember salah satunya, sebuah wilayah di Jawa Timur yang memiliki sejarah panjang dalam terbentuknya proses alkulturasi budaya yang kuat. Kabupaten Jember mempunyai beberapa sisi menarik untuk para masyarakat Jember khususnya memahami ulang kembali bagaimana proses dari kota Jember itu sendiri. Tidak hanya sekedar terkenal akan Jember Fashion Carnaval yang sudah mendunia ataupun pusat penelitian kopi dan kakaonya, akan tetapi masih banyak lagi keunikan yang terdapat di dalam kabupaten Jember itu sendiri. Perpaduan beberapa budaya di Jember sen

Terjebak Angan

Hanya pemikiran rumit yang saat ini menggelayutiku. Entahlah, bertambah umur hanya bertambah kecemasan. Cemas akan hal yang tidak pasti, angan yang terbuai terlalu tinggi. Pengalihan isu dengan bertindak sebagai bukan diriku sendiri yang selalu kutampilkan. Aku hanya terjebak angan, yang entah kapan akan terwujud. Angan ini akan membawaku ke arah mana? Apa maju atau mundur, atau hanya malah diam di tempat. Aku mempunyai zona nyaman untuk selalu terjebak dalam angan tak pasti. Andaikan aku keluar dari zona ini akankah aku kuat, bukan, akankah aku mau? Semua hal itu belum pasti. Ini adalah hidupku untuk menentukan kemana anganku. Terlalu banyak pikiran yang belum tentu aku harus pikirkan. Haruskah aku selalu tersenyum diatas semua kebimbangan ini? Terjebak angan yang entah apakah akan membawaku melambung tinggi atau terhempas jatuh. Semua butuh percobaan. Percobaan yang tiada henti dengan tetap menunjukkan drama turgi yang aku selalu mainkan. Kamis malam, 8 Maret 2018

Jangan Terjebak Kambing Hitam

Jangan terjebak kambing hitam! Seringkali alasan sulitnya menemui dosen pembimbing, birokrasi surat-surat, penelitian yang lama dan mengharuskan muter-muter mencari narasumber, apalagi saya dari jurusan sosial, sampai terjebak oleh kegantengan oppa-oppa Korea menjadi alasan yang dibuat-buat jika ada yang menanyakan kapan lulus? Padahal jika dipikirkan lagi itu sendiri hanyalah kamuflase dibalik sifat malas yang sudah menggunung. Jika diakumulasikan 24 jam dengan catatan sudah tidak ada matakuliah lagi, waktu untuk mengerjakan skripsi bisa lebih banyak, sangat . Tetapi godaan setan main memang lebih menggoda daripada malaikat skripsi. Ada saja alasan saya untuk menundanya, dengan alasan awal dosen pembimbing yang sulit ditemui. Memang dosen tidak hanya bisa fokus terhadap satu mahasiswa, dosen mempunyai segudang pekerjaan, intinya yang membutuhkan adalah mahasiswanya bukan dosennya, jadi kamu harus siap menunggu itu adalah resiko. Saya awalnya mampu melaluinya rutinitas dari pagi sa