Langsung ke konten utama

Penangulangan Plagiat di Kalangan Pelajar


BAB 1. PENDAHULUAN

1.1    Latar  Belakang


 Perilaku plagiat sudah marak sekarang ini, khususnya di kalangan civitas academica. Sudah banyak contoh kasus yang terjadi berhubungan dengan seputar plagiat itu sendiri dan tentu saja pelakunya menyeret dari kalangan akademis tersebut.. Tentu saja ini menjadi suatu ironi bagi bangsa ini. Para kalangan akademis yang akan menjadi tulang punggung bagi bangsa ini, sudah tercorengkan dengan perilaku plagiat yang semakin merajalela seiring dengan berkembangnya jaman saat ini. Bahkan bukan hanya para kalangan mahasiswa saja yang melakukan aksi plagiat, tetapi para guru besarpun yang sudah menyandang status juga melakukannya. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas plagiat sudah menjadi turunan kebiasaan bagi bangsa ini.

Perilaku plagiat yang bisa dibilang sudah tidak bisa dikendalikan lagi saat ini  makin dimudahkan dengan tidak adanya ketentuan dan sanksi tegas akan perilaku plagiat yang akhirnya akan semakin memudahkan para plagiarisme untuk melakukan aktifitasnya, ditambah juga majunya perkembangan jaman yang membuka akses seluas-luasnya untuk mencari informasi yang akan dijadikan bahan plagiat. Semua itu pasti akan berakibat panjang untuk kedepanya jika dibiarkan seperti ini terus tanpa ada suatu perubahan yang berarti dilakukan oleh para kalangan akademis tersebut.
Kegiatan plagiat yang terus menerus dilakukan khususnya kalangan civitas academica akan semakin memperburuk nilai para pelajar di kalangan masyarakat yang saat ini sudah bisa menilai suatu baik dan buruk, serta dapat menimbulkan suatu gelombang isu negative bagi pelajar saat ini khususnya bagi bangsa ini sendiri yang akan ditopang oleh para pelajar kelak di masa depan nanti.



1.2      Rumusan Masalah
       Masalah tentang prilaku plagiat di kalangan para civitas academica  semua   muncul dari kurangnya rasa percaya diri terhadap kemampuan untuk membuat sesuatu berdasarkan kemampuan sendiri. Sehingga akan timbul suatu pertanyaan yang mendalam tentang tidak adanya rasa percaya diri dari seorang akademis tersebut.
      Das sein yang seharusnya dilakukan oleh para pelajar adalah percaya  kepada kemampuan sendiri, selalu bisa mengerjakan tugasnya secara jujur sesuai dengan kemampuan sendiri.
      Das sollen yang terjadi untuk saat ini banyak para civitas academica yang melakukan praktek plagiat, tidak percaya pada kemampuan sendiri, hanya mementingkan ego semata.
            Pertanyaan yang muncul terkait dengan perilaku plagiat adalah:
1.      Apa yang menyebabkan para pelajar melakukan plagiat?
2.      Bagaimana cara menanggulangi plagiat tersebut?
1.3     Tujuan dan Manfaat
1.3.1        Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan ini untuk menanggulangi plagiat di kalangan pelajar yang sudah marak saat ini.
1.3.2        Manfaat Penelitian
Manfaat penulisan ini untuk memikirkan kembali kepada para pembaca khususnya para pelajar, agar tidak melakukan kegiatan plagiat dan mengatasi para pelaku plagiat itu sendiri.




BAB 2. PEMBAHASAN
2.1   Sebab-sebab munculnya plagiat
        Perilaku plagiat saat ini sudah semakin marak, banyak orang yang mengatasnamakan karya orang lain menjadi atas namanya sendiri. Mulai dari karya berupa tulisan ataupun seni yang diklaim banyak pihak dengan pelaku yang bersumber dari pihak lain dengan tujuan berupa pencitraan ataupun keuntungan individu. Khususnya plagiat di bidang tulisan, banyak terjadi di kalangan pelajar yang  sudah semakin marak, dengan pelaku yang beragam juga. Mulai dari para pelajar sekolah sampai kepada seorang guru besar di universitas. Dari semua itu, kenyataan yang menyakitkan adalah mereka, para kaum terpelajar yang melakukan aksi plagiat tersebut, di mana seharusnya para pelajar membina kepribadian baik untuk menopang masa depan kelak. Mereka akan menjadi penerus bangsa ini, tetapi sudah tercoreng dengan maraknya aksi plagiat ini.
        Plagiat adalah perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilai dalam suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai.[1] Dari penjelasan tersebut, sudah banyak terutama di kalangan pelajar yang melakukan aksi plagiat tersebut, baik itu sadar ataupun tidak sadar. Secara tidak langsung, para pelajar sudah mempunyai mental sebagai peniru atas karya orang lain.
       Dimulai dari kebiasaan para pelajar di sekolah. Mengerjakan suatu karya tulis tanpa mencantumkan sumber yang pasti serta mengklaim bahwa itu adalah usahanya sendiri. Contoh kecilnya adalah mencontek. Perbuatan mencotek, berarti meniru suatu pekerjaan orang lain, lantas di publikasikan kepada pihak lain sebagai hasil sendiri. Dari perbuatan kecil seperti mencontek, itu secara tidak langsung sudah mengajarkan para kaum pelajar untuk meniru karya orang lain tanpa melakukan usaha sendiri. Ada lagi tugas untuk pelajar, dalam membuat sebuah karya tulis. Para pelajar juga sudah terbiasa mengunakan cara mudah untuk mendapatkan sumber informasi dalam memenuhi tugasnya, tanpa sumber rujukan yang pasti dan mengakui bahwa itu adalah karyanya sendiri. Mental ini sudah dididik sedari sekolah, pelajar sudah terbiasa dengan pikiran serba instan, mereka berpikir tidak apa-apa karena tidak pernah mendapat teguran dan pengajaran yang pasti tentang pentingnya menghargai karya orang lain.
        Semua perbuatan yang sudah menjurus atau bahkan sudah bisa dikatakan plagiat sudah dilakukan sedari sekolah. Mental seperti ini yang banyak menumbuhkan aksi kecurangan dalam penulisan karya itu sendiri, ditambah adanya arus perkembagan jaman yang semakin maju dan memudahkan untuk mencari segala macam informasi yang dibutuhkan. Tidak heran jika banyak para plagiator yang muncul semakin banyak tiap saat, karena sudah mendidik mental para penerus bangsa ini sebagai mental peniru yang ulung dengan tidak mementingkan hasil usaha kerja keras diri sendiri. Jika sedari kecil saja sudah mendapatkan mental peniru seperti ini, maka tidak heran, banyak turut serta para petinggi yang sudah berkarya juga tak sungkan untuk melakukannya.
        Mental peniru dan tidak mau bersusah payah dahulu yang sudah dilakukan sedari sekolah menyebabkan banyak kegiatan plagiat saat ini, khususnya di kalangan para mahasiswa yang sering membuat karya tulis sebagai tugas maupun untuk kelulusan. Semua kegiatan plagiat itu dilakukan tanpa memikirkan akibat kedepannya. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, sebagaimana tercantum dalam pasal 3 UU Sisdiknas, yaitu: pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaska kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertagwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Perbandingan yang terlihat jelas dengan realita sekarang, sangat membuat miris, untuk kedepannya. Karena kurangnya kesadaran sedari awal dari pribadi manusia itu sendiri, maka tidak heran banyak perbuatan yang tidak sesuai dengan yang seharusnya dilakukan salah satunya plagiat tersebut.
2.2    Menangulangi perilaku plagiat
          Perilaku plagiat yang sudah banyak terjadi saat ini, disebabkan karena kurangnya rasa percaya diri dan tidak mau bersusah payah dahulu. Ditambah lagi, pemikiran seorang peniru yang sudah diajarkan sedari sekolah sehingga mempunyai mental yang tidak kuat. Dasar kepribadian yang sudah tidak mendukung lagi didukung dengan lingkungan yang serba instan dan memaklumi perilaku tersebut, makin membuat para plagiator sudah tidak sungkan untuk menjiplak karya orang lain. Hal ini tentu saja merugikan banyak pihak, tidak hanya si korban yang terkena penjiplakan tetapi para pembaca yang merasa dirugikan dengan cara ditipu.
        Cara menanggulangi ini semua tentu saja harus dari kepribadian masing-masing individu. Bagaimana mereka dapat membedakan mana yang seharusnya dan bukan seharusnya untuk dilakukan. Kepribadian dasar yang kuat akan menjadi penyempurna agar tidak melakukan perbuatan plagiat. Semua itu diperoleh dari sistem pengajaran yang sesuai dengan aturan yang berlaku, serta lingkungan yang memadai untuk menunjang itu semua. Menurut Ir. Indriyanto, M.P beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya plagiarisme pada karya tulis, antara lain sebagai berikut :
1. Kejujuran pada diri seorang penulis
      2. Pengakuan terhadap karya orang lain.
3. Meningkatkan peran pendidik dalam mencegah plagiarisme.
Dari ketiga pernyataan tersebut, dapat terlihat bahwa antara faktor diri sendiri dan lingkungan selalu berkaitan erat dan menuntut untuk diperbaiki baik itu sistem ataupun yang lainnya. Untuk menuju kearah perbaikan tersebut para civitas academica harus menumbuhkan sikap yang percaya dengan kemampuan sendirinya dan membunuh karakter mental peniru. Menurut  M. Luthfi Hakim, paradigma yang harus dibangun terlebih dahulu adalah, dengan menumbuhkan budaya jujur dikalangan mahasiswa. Karena memang ketidakjujuran dikalangan mahasiswa di negeri ini sudah sistemik dan tidak cukup hanya dituntaskan lewat penambahan pelajaran budi pekerti. Dan upaya untuk menumbuhkan budaya jujur mahasiswa, dapat dilakukan melalui :
1.      Pendidikan Integritas.
2.      Pendidikan Karakter.[2]
Semua kesadaran kearah yang lebih baik itu diperlukan berubah mulai saat ini juga. Jangan hanya bisa bermodalkan mental peniru, yang sudah diwarisi sejak awal. Kesadaran pribadi adalah kunci dari membuat suatu perubahan di masa depan nanti yang akan dipegang oleh para penerus seperti para civitas academica . Terdapat filosofi berpikir yang dapat diikuti untuk dapat menciptakan kebiasaan berpikir prestasi, yaitu dimulai dari dipaksa, harus bisa, terbiasa, dan pada akhirnya akan membudaya.[3] Sudah seharusnya tidak lagi menanam mental peniru, yang membodohi para pelajar itu sendiri. Walaupun sedari awal salah mengambil langkah dalam memulai, tetapi masih bisa diperbaiki lagi. Filsuf konfusius pernah berkata: “mengerti kesalahan dan bisa mengubahnya adalah kebajikan yang terbesar”. Maka dari itu, sudah seharusnya para penerus bangsa ini tidak lagi mempraktekan kegiatan plagiat tersebut.
DAFTAR PUSTAKA



Buku
Universitas Jember. 2012. Pedoman Kemahasiswaan, Pengenalan Kehidupan
            Kampus Dan Pembinaan Pengembangan Mahasiswa Baru Universitas
           Jember 2012
. Jember: Jember University Press.

Universitas Jember. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jember: Jember                     University Press.
Peraturan perundang-undangan
Depdiknas. 2010. Keputusan Mendiknas Nomor 17 Tahun 2010 tentang
            pencegahan dan penanggulangan plagiat di perguruan tinggi
. Jakarta:
            Depdiknas.

Internet
Hakim, M. L. 2012. Menumbuhkan budaya jujur mahasiswa sebagai paradigma
           baru pemberantasan korupsi.  
           http://lutfichakim.blogspot.com/2012/05/menumbuhkan-budaya-jujur-
           mahasiswa.html [29 Desember 2012].





[1]  Lihat Bab I Pasal I ayat 1, Permen Nomor 17 Tahun 2010 tentang pencegahan dan penanggulangan plagiat di perguruan tinggi.
[2] http://lutfichakim.blogspot.com/2012/05/menumbuhkan-budaya-jujur-mahasiswa.html.
[3] Pedoman kemahasiswaan, pengenalan kehidupan kampus dan pembinaan pengembangan mahasiswa baru Universitas Jember 2012.



Oleh 
Nama    : Anita Carolina Wulandari
NIM      : 120910302064
Jurusan   : Sosiologi 
Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik
Universitas Jember

Komentar

Postingan populer dari blog ini

chord piano vierra rasa ini

tipe-tipe kepribadian manusia

Tipe Kolerik Tipe kolerik adalah juga tipe terbuka tetapi biasanya tingkat keterbukaannya lebih rendah daripada tipe Sanguin yang super terbuka. Orang Kolerik adalah juga orang yang aktif, semangat pekerja keras, ambisius, motivator bagi orang lain. Karena sifatnya yang berkemauan keras mandiri dan berpendidikan keras, orang kolerik cenderung keras kepala. Kompromi merupakan hal yang sangat sulit bagi mereka kecuali kompromi

Change From Past to Future

sudah lama ga ngeblog ternyata saya. Ternyata sekarang saya adalah seorang mahasiswi dari Universitas Jember tepatnya fakultas ilmu sosial ilmu politik jurusan Sosiologi. kenapa masuk di sana, jangan ditanya. saya sudah bosan menjawabnya. change from past to future apakah sudah demikian? jawabannya sudah untuk lingkungan, tapi belum (menemukanya) untuk pribadi. saya sendiri tidak mengerti untuk apa saya di sini. haruskah saya mengerti itu?